Setiap pakaian adat di berbagai daerah di Indonesia, memiliki keunikan dan makna filosofis yang berbeda-beda. Tidak terkecuali pada pakaian adat Bali Payas Agung, yang menjadi salah satu pakaian adat penuh dengan nilai seni dan budaya.

Pada zaman dulu, pakaian adat tradisional ini, hanya digunakan oleh kalangan bangsawan saja. Namun, seiring berjalanya waktu pakaian Payas Agung saat ini biasa digunakan banyak orang di berbagai acara-acara besar.

Adapun acara besar yang dimaksud salah satunya adalah pernikahan masyarakat Bali. Di mana pakaian adat  Payas Agung, menjadi busana bagi pasangan pengantin.

Pakaian adat tradisional Bali tidak hanya Payas Agung saja. Sebab, terdapat dua pakaian adat lainnya yaitu Payas Madya dan Payas Nista. Dari kedua pakaian adat tersebut, Payas Agung memiliki ciri khas dan keunikan yang sangat menonjol.

Sehingga tidak heran apabila pakaian Payas Agung dijadikan sebagai busana adat pengantin dari Bali. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai Pakaian adat Bali Payas Agung Pengantin.

Payas Agung Pengantin Bali

Seiring dengan perkembangan zaman, banyak perubahan secara simbolis dan makna pada pakaian adat Payas Agung. Akan tetapi, keunikan, makna filosofis, keindahan sekaligus kemewahan, masih tetap terasa dari salah satu pakaian adat tradisional khas Bali ini.

Payas Agung untuk acara pawiwahan atau pernikahan, memang tatanan busana dengan tingkatan paling tinggi. Adapun tata busana adat ini, digunakan saat upacara Mewidhi Widana untuk beberapa prosesi.

Di mana di setiap tatanan busana pakaian adat Payas Agung penuh syarat akan simbol dan makna. Memang, di beberapa daerah di Bali seperti Badung, Tabanan, Karangasem, bahkan Buleleng memiliki perbedaan tata busana Payas Agung.

Meskipun terdapat perbedaan gaya penataan di beberapa daerah tersebut, setiap ragam pakaian adat Payas Agung memiliki keunikannya tersendiri. Sebab, tata busana Payas Agung di setiap daerah menonjolkan khas daerah masing-masing.

1. Tata Busana Payas Agung Pengantin Wanita

Busana pengantin wanita memiliki esensi yang lebih mewah dan indah dibandingkan pengantin laki-laki. Hal tersebut pula, yang menjadikannya semakin terlihat mewah dan indah.

Adapun dari bagian kepala, rambut pengantin wanita disanggul dan dihiasi mahkota berwarna emas. Setiap bagian mahkota tersebut memiliki bagian masing-masing yaitu bunga kap emas, sandat, empak, petitis, dan serinatha.

Sedangkan di bagian badan, pengantin wanita memakai badong, cerik songket, sabung songket, pending, kamen, dan tapih prada. Tidak lupa pula, mereka menggunakan aksesoris seperti subeng, gelang kane, dan gelang nagasatru.

2. Tata Busana Pakaian Payas Agung Pengantin Pria

Untuk memberikan kesan berwibawa, pakaian adat Bali Payas Agung untuk pengantin pria hanya menggunakan beberapa hiasan. Bagian kepala dihiasi dengan mahkota.

Pengantin pria memakai pakaian berwarna keemasan, berupa kampen, kampuh dan umpal. Sebagai pelengkap, pengantin pria juga membawa keris dan mengenakan aksesoris berupa gelang kana, gelang nagasatru, subeng, dan badong.

Simbol Tiga Dewa Hindu

Apabila membicarakan adat budaya Bali, tentunya tidak akan terlepas dari kepercayaan masyarakat Bali pada agama Hindu. Pasalnya, masyarakat Bali sangat erat dalam memegang teguh kepercayaan tersebut.

Di mana dalam setiap keseharian mereka atau adat budaya, tidak terlepas dari pengaruh kepercayaan agama Hindu. Tidak banyak orang yang mengetahui bahwa pakaian adat Bali Payas Agung Pengantin mengandung simbol Dewa Tri Murti.

Hal tersebut terhubung dalam tatanan pakaian adat Payas Agung Pengantin. Pasalnya busana tersebut tidak terlepas dari pengguna bunga cempaka putih, bunga cempaka kuning, serta bunga kenanga. Setiap hiasan bunga tersebut adalah simbol yang memiliki makna tersendiri.

Bunga Cempaka Kuning melambangkan Dewa Brahma yang merupakan Dewa Pencipta Alam Semesta. Bunga Cempaka Putih melambangkan Dewa Siwa yang merupakan Dewa Pelebur. Kemudian Bunga Kenanga melambangkan Dewa Wisnu yang merupakan Dewa Pemelihara.

Ketiga jenis bunga tersebut dirangkai menjadi satu kesatuan dan melambangkan kesucian. Rangkaian bunga tersebut, akan diletakkan pada kepala. Di mana, hal tersebut tidak hanya sebatas mengenai kreativitas dan keindahan semata.

Melainkan juga sebagai bentuk pemaknaan atas simbol bunga yang digunakan. Pasalnya, dalam kepercayaan umat Hindu di Bali, bunga tidak hanya sebagai sarana persembahyangan. Akan tetapi juga sebagai simbol Tuhan dalam filosofi Tri Murti.

Taksu dalam Pakaian Payas Agung

Masyarakat Bali tidak hanya terkenal dengan keteguhan dalam mempertahankan adat dan tradisi budaya serta kepercayaan. Akan tetapi juga sisi kreativitas mereka telah tertuang ke dalam berbagai bentuk, salah satunya busana Payas Agung.

Pakaian adat Bali Payas Agung ini memang terbentuk dari berbagai unsur yang mengandung filosofi kehidupan. Hiasan dari ujung rambut hingga ujung kaki, memiliki pemikiran yang tersendiri.

Dalam budaya masyarakat Bali, terdapat istilah “taksu” yang selalu melingkupi kehidupan umat manusia. Adapun pengertian dari istilah tersebut yaitu bahwa Tuhan memiliki kekuatan suci yang dapat meningkatkan sisi kreativitas dan intelektualitas.

Ketaksuan dalam merias menggunakan pakaian adat Payas Agung diperlukan. Oleh sebab itu, para perias pengantin seringkali membutuhkan laku ritual tertentu terlebih dahulu, agar diberikan kelancaran, keselamatan, serta ketaksuan.

Itulah penjelasan mengenai pakaian adat Payas Agung untuk pengantin, yang memiliki keunikan dan penuh dengan syarat filosofis mengenai kehidupan. Di mana kehidupan manusia tidak terlepas kehendak Tuhan.

Oleh karena itu, keunikan, keindahan, dan kesucian terdapat dalam setiap unsur pakaian adat Bali Payas Agung pengantin. Penuh dengan sisi simbolis dan makna. Semoga bermanfaat.