Indonesia memiliki bermacam-macam motif batik yang tersebar luas di berbagai provinsi, salah satunya yaitu batik Megamendung Cirebon. Batik dengan motif awan ini sangat populer di daerah Jawa Barat, bahkan ke mancanegara.

Meskipun bercorak gumpalan awan, batik khas Cirebon ini memiliki makna serta filosofi yang mendalam. Nama batiknya pun mempunyai arti yaitu Mega adalah awan, dan Mendung adalah langit yang redup terlihat gelap seperti akan turun hujan.

Gradasi yang diciptakan dari tujuh lapisan mega mendung ini bermakna tujuh lapisan langit. Namun, terdapat dua versi mengenai sejarah dari motif batik megamendung cirebon ini. Maka dari itu, simak penjelasan berikut.

Sejarah Batik MegaMendung Cirebon

Terdapat dua catatan mengenai sejarah dari adanya motif mega mendung ini. Versi ini menyebutkan bahwa Pangeran Cakrabuana merupakan pembuat dari batik mega mendung ini. Pangeran ini putra dari Raja Pajajaran yang juga menjadi pendiri Kerajaan Cirebon.

Sedangkan versi catatan kedua ini merupakan sejarah dari batik mega mendung yang banyak sekali dipercayai masyarakat. Versi ini menyebutkan bahwa motif batik ini merupakan adaptasi dari kebudayaan Tiongkok yang memasuki wilayah Cirebon.

Sebab, pelabuhan Muara Jati yang berada di pesisir Cirebon menjadi tempat untuk bersinggah nya para pedagang lokal dan global. Maka tak heran, banyak kebudayaan dari luar negeri yang terbawa ke Indonesia karena adanya perdagangan ini.

Kala itu, Sunan Gunung Jati tengah menyebarkan ajaran agama Islam pada abad ke-16 di wilayah Cirebon bertemu dengan Ong Tien dan menikahinya. Ong Tien ini merupakan seorang putri yang berasal dari Dinasti Ming, Tiongkok.

Kemudian, mereka membawa beberapa benda seni dari Tiongkok seperti piring, keramik serta kain yang berhiaskan awan. Pernikahan ini pula yang menjadi awal masuknya kebudayaan dan tradisi Tiongkok ke Kerajaan Cirebon.

Pembatik di Kerajaan Cirebon mengadaptasi kebudayaan dan tradisi Tiongkok ini dengan cara menuangkannya ke dalam corak batik yang dibuat. Namun, para pembatik juga tetap memberi sentuhan kebudayaan khas Cirebon yang kental.

Motif dari batik mega mendung ini berkembang di wilayah pesisir, salah satu industri batik pesisir yang terkenal adalah Trusmi. Sentra industri Trusmi berada di arah barat dari pusat Kerajaan Cirebon yang berjarak sekitar delapan kilometer.

Trusmi merupakan desa yang memiliki keterkaitan dengan sosok Ki Gede Trusmi, yang merupakan pemimpin dari penyebaran agama Islam. Sunan Gunung Jati memiliki pengikut setia yaitu Ki Gede Trusmi, yang menyiarkan ajaran Islam melalui batik.

Tujuan penduduk desa Trusmi dalam membatik pun karena adanya permintaan dari Kerajaan Cirebon. Oleh karena itu, pusat pembuatan dari batik Cirebon ini berada di desa Trusmi. Tak hanya membuat batik mega mendung, motif-motif lainnya dikembangkan.

Filosofi Batik Mega Mendung Cirebon

Pada zaman dahulu, masyarakat Indonesia selalu memaknai suatu hal dengan filosofi yang positif dan salah satunya adalah batik Mega Mendung. Terdapat pesan yang mendalam di berbagai corak batik ini, dari segi pola maupun dari pewarnaannya.

Seperti yang tertulis pada paham Taoisme, awan merupakan lambang dunia atas. Karena, bentuk dari awam ini bermakna gambaran dunia yang luas, bebas serta Ketuhanan. Kaum Sufi menggunakan konsep awan sebagai ungkapan dunia yang bebas dan besar.

Menurut maestro batik di Cirebon, motif yang terdapat pada mega mendung harus tertuang gradasi warna yang berjumlah tujuh. Selain bermakna langit yang redup, mendung pun memiliki makna yang berkaitan dengan sikap sabar.

Tak hanya itu, motif dari batik ini juga memiliki banyak makna dan filosofi yang mendalam. Berikut inilah penjelasan terkait batik mega mendung yang berasal dari Cirebon.

1. Kesan yang Maskulin

Motif atau corak yang tergambar di batik Mega Mendung memiliki makna yang maskulin dan lugas. Sebab Mega merupakan awan, dan awan digambarkan sebagai sesuatu yang megah dan membuat penggunanya terlihat lebih berwibawa.

Sedangkan Mendung merupakan sesuatu yang menenangkan serta meneduhkan karena langit tampak redup dan tidak panas. Filosofi inilah yang membuat masyarakat Cirebon percaya bahwa penggunaan batik Mega Mendung membuatnya tampak lebih bijaksana.

2. Amarah yang Harus Ditahan

Bahwasannya, batik Megamendung cirebon ini bermakna setiap manusia yang sedang dalam kondisi tertekan, terpuruk atau sedih harus menahan amarahnya. Hal ini dikarenakan awan merepresentasikan bahwa suasana yang sejuk harus diciptakan dalam kondisi apapun.

Motif-motif yang terdapat dalam batik Mega Mendung ini pun menggambarkan kesan lugas, terbuka dan dinamis layaknya awan. Selain itu, Mendung pun diartikan sebagai kesabaran yang hendaknya manusia lakukan.

Makna kesabaran ini senada dengan pembuatan batik yang prosesnya membutuhkan kesabaran yang tinggi. Karena semakin baik batik mega mendung yang dihasilkan, maka pembuat batik tersebut merupakan orang yang sabar dan telaten.

3. Langit yang Bebas dan Menyejukkan

Konsep gumpalan awan yang terlukis di batik ini memiliki makna bahwa kebebasan yang tak memiliki batas. Kebebasan ini terwujud dari berjatuhannya jarak antar awan dari setiap corak batik mega mendung.

Namun, bentuk awan yang terdapat pada batik mega mendung ini pun tidak boleh sembarangan dilukis. Gumpalan awan ini harus digambar secara mendatar dan tidak boleh digambar vertikal. Bukan hanya sekedar estetika, hal ini karena ada filosofinya.

Mega atau awan harus mendatar karena berfungsi sebagai pelindung dari sinar matahari yang panas. Esensi ini sejalan dengan filosofi batik mega mendung yang memiliki makna harus menyejukkan dan mengayomi sesuatu yang berada dibawahnya.

4. Garis dan Warna yang Bermakna Religius

Batik Mega Mendung memiliki makna religius yang tersirat pada motifnya. Setiap goresan garis awan ini memiliki arti dari simbol perjalanan hidup seorang manusia. Dimulai dari lahir, anak-anak, lalu remaja dan beranjak dewasa bahkan sampai mati.

Garis-garis inilah yang bermakna bahwa lahir dan kematian itu tersambung oleh garis yang terhubung. Semuanya merupakan simbol dari kebesaran dan kekuasaan Ilahi. Oleh karena itu, batik ini menjadi sarana untuk menyebarkan ajaran Islam.

Batik mega mendung pun berciri khas patron berwarna dasar merah serta biru untuk pondasi utamanya. Warna ini digradasi dengan tujuh warna lainnya yaitu kuning, hitam, putih, ungu, coklat, hijau dan orange.

Batik Megamendung Cirebon Pada Kultur Nasional dan Internasional

Terdapat berbagai macam barang yang non-batik menggunakan motif mega mendung untuk daya tarik dalam penjualannya. Albert Yanuar sebagai desainer membuat gaun dengan paduan motif batik mega mendung pada potongan kerah cheongsam, baju tradisional khas Tiongkok.

Batik mega mendung dalam kultur Indonesia ini juga dapat diimplementasikan pada berbagai barang lainnya seperti tas, sepatu, bahkan benda lainnya. Hal ini dapat berpotensi untuk mengenalkan batik khas Cirebon ini kepada masyarakat lain.

Tak hanya didalam negeri, kultur internasional pun menjadikan batik mega mendung memiliki popularitas yang dapat menjangkau pasar luar negeri. Pepin van Roojen menerbitkan sebuah buku yang mengandung corak mega mendung dalam cover bukunya.

Beberapa artis internasional pun menggunakan motif batik mega mendung di berbagai acara formal dan informal. Hal ini membuktikan bahwa batik mega mendung tak hanya dapat menembus pasar nasional, tapi juga pasar internasional.

Demikian sejarah dan filosofi dari batik Megamendung Cirebon yang maknanya sangat mendalam. Batik ini menjadi kebanggaan masyarakat Cirebon sebagai sentra industrinya. Namun seiring waktu, motif ini memiliki perubahan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar.